Friday, November 22, 2013

Setia 101

Belakangan ini topik ‘setia’ banyak diangkat di Path, tentu saja selain segala macam ledekan misalnya sendal jepit aja punya pasangan atau sejenisnya, yang lagi booming.

Tapi terlepas dari segala macam hal gak jelas di path, topik setia ini cukup menarik. Setia itu terkesan sulit dilakukan. Setia sepertinya sudah sangat langka.

Well, tentu saja jaman sekarang trend selingkuh dan kawin cerai memang lagi booming jadi memang nilai kesetiaan terancam punah.

Karena itu gw mencoba menuangkan pendapat gw tentang ini. Tolong digaris bawahi bahwa ini adalah pendapat pribadi, tanpa dasar ilmiah yang logis dan yang bisa dipertanggung jawabkan jadi diharapkan tidak gampang percaya semua yang akan anda baca setelah ini :p

Setia…
bila berbicara tentang setia, orang jaman sekarang akan mengaitkan dengan sebuah relasi.

kepada pacar, yaitu satu pacar aja cukup, gak nambah, dan gak ganti-ganti sampe mati.

dan juga bila sudah menikah, setia pada pasangan sampe maut memisahkan.

Tapi sebenarnya setia itu jauh lebih luas daripada hanya sebuah relasi. Misalkan setia pada 1 handphone, setia dalam sebuah pekerjaan, setia dalam sebuah organisasi atau setia pada sebuah tanggung jawab.

Apa hubungannya dari segala bentuk kesetiaan itu?

Menurut gw, ‘setia’ merupakan bentuk lain dari ‘bersyukur’
Bila kita bersyukur akan sesuatu, kita akan setia pada hal tersebut. Sebagai contoh handphone gw yang sekarang bukan hape yang highend, tapi sudah cukup untuk menjalankan semua aplikasi android sampai game-game dengan grafis keren. Gw bersyukur atas hape ini jadi biarpun hape gw gak secanggih galaxy note 3, gw gak merasakan kebutuhan untuk ganti. Gw setia pada hape ini, tapi gw juga nabung buat beli note 3 sih :3

Sama halnya dalam sebuah relasi. Bila kita sudah bersyukur atas pasangan yang kita miliki, kita gak akan punya dorongan untuk ‘menambah’ atau ‘mengganti’ pasangan yang sudah dimiliki.

Jadi mengapa saat ini kesetiaan menjadi sesuatu yang langka?

Menurut gw hal itu terjadi karena dunia saat ini menanamkan hasrat untuk selalu tidak puas. Untuk selalu tidak bersyukur.

Orang yang kurus mau gemuk, yang gemuk mau kurus.
Yang berambut lurus mau keriting, yang keriting mau lurus.
Yang berkulit cokelat mau jd putih, yang putih mau cokelat.

Dalam hal berpacaran, figur ideal yang dibentuk oleh media juga berpengaruh. Misalnya seorang cowo yang punya pacar cantik, saat melihat kaki personil SNSD yang putih panjang akan membandingkan dengan kaki pacar cantiknya yang mungkin kurang putih dan kurang panjang. Dan saat dia pergi ke Mall, banyak cewe mulai memamerkan kaki putih panjang mereka. Akhirnya perlahan-lahan dia tidak lagi melihat kelebihan dari pacarnya melainkan melihat kekurang panjangan kaki pacarnya.

Ditambah lagi trend konsumtif telah mengajarkan ketidak puasan dan membuat orang berlomba-lomba memiliki segala yang dia miliki. Selama lu sanggup, lu bisa memiliki segala hal. Jadi mengapa hanya puas dengan 1? Lihat jaman sekarang sangat jarang orang yang hanya punya 1 hape. Dan juga selama lu sanggup manage 2 pacar kenapa cukup 1?

Jadi bagaimana menjadi orang yang setia? Dengan memiliki hati yang bersyukur. Hati yang bersyukur juga tidak muncul dengan sendirinya, perlu dilatih setiap hari, mulai dengan mensyukuri hal-hal kecil dan mencukupkan diri dengan hal-hal sederhana.

Setia bukan soal menutup mata akan hal lain dan fokus pada yang ada di depan mata saja. Setia adalah sikap hati untuk ‘sangat-sangat bahagia’ dengan apa yang ada di depan mata, jadi biarpun kita melewatkan banyak hal kita tidak merasa rugi karena yang di depan mata sudah lebih dari yang kita butuhkan.

Sebuah kesetiaan buta dapat akan menghancurkan diri kita sendiri, menghambat pertumbuhan kita hingga kita tidak akan mencapai potensi terbaik kita. Bahkan bisa saja kesetiaan buta bukanlah kesetiaan, melainkan karena kita merasa kita tidak layak untuk mendapatkan yang lebih baik.

Misalnya kita memang perlu setia bila kita mendapatkan sebuah pekerjaan. Tapi bukan berarti kita harus bekerja sampai mati di tempat itu. Mungkin kita bisa setia di suatu perusahaan sampai pensiun, tapi bila memang hal itu layak diperjuangkan. Tapi bila kita merasa potensi terbaik kita tidak akan tercapai bila kita tetap di tempat itu, sudah saatnya kita melepaskannya dan mencari tempat yang lebih baik, bukan karena kita tidak suka dengan pekerjaannya karena kurang ini dan itu.

Sama dengan bila kita sudah memiliki pacar. Bila kita tau kalau dia bukan orang yang tepat, kita harus bisa melepaskannya. Misalnya bila kita tau ternyata pacar kita seorang pengedar narkoba, secepatnya lepaskan diri darinya. Atau kalau kita tau dia bukan orang yang setia dan punya koleksi lain.
Gw punya pendapat bahwa, menciptakan sebuah hubungan baru dan mempertahankannya jauh lebih mudah daripada mengetahui kapan harus berhenti dan bagaimana untuk berhenti dari suatu hubungan.

Tanpa kebijaksanaan, kita dapat menjadi sangat bodoh dan memberikan permata kepada babi (Matius 7:6)

Loyalitas merupakan sesuatu yang bernilai sangat mahal, jangan sampai kita dengan bodoh memberikannya pada orang yang salah.

Kita boleh loyal pada satu perusahaan, selama perusahaan tersebut juga memperlakukan kita dengan layak.

Kita boleh setia pada seorang pacar, bila memang dia orang yang tepat.

Kita boleh setia pada sebuah hape, hanya bila hape tersebut dapat memenuhi semua kebutuhan teknologi kita.

Karena itu jangan dengan cepat memberikan kesetiaan kita. Misalnya baru aja jadian sudah menulis di twitter “you are my last”

Untuk belajar menjadi setia bukan dengan bertahan sekuat tenaga untuk tidak berpaling, tapi cukup belajar bersyukur atas hal-hal yang terjadi setiap hari. Jangan terpengaruh pendapat dunia untuk memberikan kesetiaan secara buta. Jangan merasa gagal bila harus berhenti dan mendapatkan cemoohan orang bahwa kita bukan orang yang setia.

Sebagai contoh terakhir, gw terkenal setia pada android dan gak suka sama produk apple. Tapi bila suatu saat Android sudah mulai jelek, dan iOS menjadi lebih baik, gw gak akan dengan buta tetap mempertahankan android dan gw akan pindah ke apple. Kesetiaan perlu terus dievaluasi dan butuh keberanian untuk berubah karena kita bisa dicemooh banyak orang. Tapi apa peduli kata orang? Kesetiaan ini punya gw dan gw yang tau kepada siapa harus gw berikan toh?

Sebagai penutup gw akan mengutip dari injil Matius 7:6
“Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu.”

Enjoy~