Tuesday, May 6, 2014

Check Point: 25

Bagaimana rasanya sudah berusia 25 tahun?

Well, kita semua setiap tahun akan bertambah umurnya, tapi umur 25 berasa sedikit berbeda dibandingkan 0-24.

Perbedaan itu mungkin karena umur 25 tahun sering diartikan sebagai pesta perak. Gw kurang tau sih kalo umur orang yang 25 dianggep pesta perak juga ato gak, yang pasti konsep itu tertanam dalam diri gw sehingga menyambut umur 25 tahun ini gw merasa adanya perbedaan.

Bila rata-rata umur manusia 70-80 tahun, artinya saat ini gw sudah menjalani 1/3 dari perjalanan panjang hidup gw di dunia. Sebuah check point dalam hidup gw. Bukan kayak check point di game, yang mana kita bisa load data dari check point kalo misalnya mati ato kurang sempurna.

Check point yang gw maksud lebih seperti penanda: "Hello, jatah lu tinggal 2/3 lagi. 1/3 terakhir itu, 50-75, lu sudah tua. Artinya sisa petualangan lu tinggal 1/3 lagi, 25 tahun!"

Apa yang mau gw capai, apa yang mau gw usahakan, apa yang mau gw explore, semua harus dilakukan dalam jangka waktu 25 tahun ke depan....well....damn........

Anyway sebelum melihat ke depan, gw mau review ke belakang dulu.

Umur 0-21 merupakan masa yg gk produktif buat gw. Seperti kebanyakan anak di Jakarta, gw gk dibimbing untuk mencari jati diri. Jalan hidup gw udah ditentukan dari awal. Sekolah 12 tahun, kuliah, kerja di kantor yg bagus dgn gaji oke, naik pangkat, merid, punya anak, tua, mati.

Apa masalahnya dengan hal itu? Masalahnya adalah gw tidak dilahirkan untuk itu.

Di saat seharusnya gw fokus ke sekolah, gw lebih aktif di gereja. Gw belajar alkitab, paduan suara, organisasi misdinar, dan sesekali ngasih renungan dan pengajaran. I love music, reading, writting, and teaching, tp di sekolah hal itu tidak dianggep. Bahkan saat kuliah yang gw merasa agak salah jurusan yang akibatnya kuliah gw berantakan. Bisa lulus aja udah sukur :3

Efeknya baru terasa saat gw ultah ke 21. Saat seharusnya seorang laki-laki dianggap dewasa dan sudah bisa hidup sendiri di dunia, gw gk punya kemampuan yang cukup untuk mencari duit. Di kampus nilai gw jelek, bahkan passion gw seperti nyanyi, baca, dll blm sampai tahap bisa dijual karena motto gw sebagai orang Katolik yang saleh adalah "seadanya". Sebuah teologi yang salah yaitu sebagai murid Kristus kita harus rendah hati dan gak boleh menonjol. Kalo perlu kehadiran u gk disadari smua orang. Hal ini membuat gw gak pernah secara serius mengembangkan diri karena yang penting cukup untuk melayani di gereja.

Singkat cerita umur 21 merupakan titik balik kehidupan gw, yaitu gw mulai berfokus mencari jati diri, tujuan hidup, untuk apa seorang Rio dilahirkan. Hal yang sangat sulit karena gw dikelilingi orang-orang yang gk menganggap hal itu penting. Tanpa mentor yang bisa membimbing, gw berjalan dengan tuntunan Tuhan melalui buku-buku dan kejadian-kejadian yang diijinkan terjadi untuk mengarahkan supaya gw berjalan di jalur yang benar. Sebuah perjalanan panjang yang hingga saat ini masih gw perjuangkan. Hingga umur 25 ini masih banyak keraguan gw akan masa depan dan gw hanya bisa memaksakan untuk melangkah dengan iman.

Umur 0-25 (dan mungkin sampai beberapa tahun ke depan) merupakan masa menanam dlm hidup gw. Mungkin gw cukup terlambat untuk memulai dan hingga sekarang masih belum kelihatan hasilnya. Seperti membangun sebuah gedung tinggi, hidup gw sekarang masih mempersiapkan fondasinya. Saat semua orang seangkatan gw sudah mulai kelihatan bangunannya, gw masih memperkuat dasar gw. But, well, kita semua tau semakin tinggi bangunan itu maka semakin lama mempersiapkan dasarnya, jadi mungkin bangunan gw akan sangat tinggi jadinya ntar :p

Sebelum gw mengakhiri tulisan narsis ini gw mau mengucapkan terima kasih untuk semua orang yang menjadi bagian dlm hidup gw, yang sedikit banyak membentuk diri gw yang sekarang ini. Untuk orang tua gw yang gak kenal lelah membesarkan gw. Memenuhi semua kebutuhan gw. Keluarga gw yang menjadi orang terdekat dan membentuk hampir semua karakter gw di awal hidup gw. Teman-teman sekolah dari TK dan teman-teman PEU. Guru-guru, baik yang resmi maupun secara langsung maupun gk langsung mengajarkan gw banyak hal dalam hidup. Teman-teman pelayanan gw yang sangat membantu gw dalam pembentukan karakter gw. Segala pihak yang gk bisa disebutkan satu persatu (udah kayak kata sambutan ketua panitia...) dan yang paling penting gw sisakan di belakang yaitu Tuhan yang gw imani, yang gw percaya selalu mendampingi hidup gw. Yang membimbing gw sepanjang jalan, menemani di saat-saat gelap hidup gw. Bersukacita di saat-saat bahagia bersama gw. Guru besar dan mentor utama gw.

Thank you dan semoga ttp sabar gw ganggu lagi untuk bertahun-tahun ke depan karena gw akan hidup panjang HAHAHAHA

God Bless!