Friday, June 27, 2014

Indonesia dan Harapan

Siapa sih yang bisa memperbaiki nasib bangsa ini? Apakah seorang sosok yang menjadi pemimpin kita nanti seorang diri dapat mengubah negara ini? Mustahil! Bagaimana pun Indonesia adalah kita. Kitalah yang menjadi penentu utama nasib bangsa ke depannya.

So, apa peran pemimpin?

Pemimpin adalah dia yang memberikan motivasi agar kita memberikan yang terbaik. Pemimpin yang dapat menggerakkan rakyat untuk mengubah nasib bangsa ini. Bukan pemimpin yang merasa bisa menjadi juru selamat bagi negeri ini.

Pemimpin yang memberikan harapan, ditengah kondisi negara yang membuat kita tak percaya lagi. Gak ada orang yang bisa memberikan kepastian, namun setitik harapan dapat menjadi kekuatan untuk kita mau bergerak.

Pemimpin yang membuat kita malu akan sikap kita yang acuh tak acuh terhadap nasib bangsa. Bukan pemimpin yang membuat gw berkata "ah ya biarin ajalah ini negara. Bukan urusan gw. Yang penting gw kerja, nyari duit, jadi orang bener. Kalo Indonesia hancur gw tinggal terbang ke Jepang"

Harapan itu kini telah datang. Setitik cahaya yang membuat gw berhenti dan berpikir sejenak akan nasib bangsa. Tanpa kepastian namun memberikan angin sejuk. Mungkin ini hanya delusi, namun seperti kata Albert Einstein, imagination is more important than knowledge. Saat dulu gw yakin bahwa negeri ini hanya akan terpuruk, sekarang gw dapat membayangkan hal yang positif, yaitu bahwa akan ada perubahan besar di bumi kita, Indonesia. Harapan yang membuat gw ingin menjadi bagian dari perubahan tersebut. Harapan bahwa di masa mendatang gw bisa bercerita pada anak cucu, "nak, Indonesia dulu gak seindah ini. SARA dimana-mana. Diskriminasi, korupsi, ketidak teraturan, dan kemiskinan menjadi makanan tiap hari. Namun suatu hari muncul seseorang yang tidak menarik, seseorang yang gak elegant. Beliau tidak banyak bicara. Beliau hanya bekerja, bekerja, dan bekerja seorang diri memperbaiki yang rusak. Tapi semakin lama, satu persatu orang melihat beliau dan tergerak untuk turun tangan ikut memperbaiki. Nak ingat, kalau Indonesia saat ini bisa gagah seperti ini, ini bukan karena satu orang saja, melainkan kerja keras seluruh rakyat pada jaman itu. Tapi tanpa satu orang itu yang memberikan inspirasi dan harapan maka gak akan ada Indonesia yang saat ini. Karena itu ingatlah nak bahwa nasib bangsa ini ada ditangan kalian saat ini. Tak usah banyak bicara namun bekerjalah. Jangan memaksa orang untuk tunduk pada perintahmu, namun berilah mereka teladan supaya mereka dengan senang hati mengikutimu"

Jadilah bagian dari sejarah. Indonesia butuh dukungan kita lebih dari sebelum-sebelumnya. Pesimis dan negatif sudah tidak akan membantu sama sekali.

Surat untuk seorang teman

Kita semua adalah penulis
Hidup kita adalah ceritanya
Setiap detik kisah hidup kita tergores pada buku hidup kita dengan waktu sebagai tintanya

Kadang kisah yang indah
Kadang penuh duka
Kadang kita berbagi kisah dengan orang lain
Kadang kita berjalan sendiri

Semua peristiwa, baik dan buruk, adalah bagian dari kisah kita
Sebuah rangkaian tak terputus sejak kita tercipta hingga kita mencapai garis finish
Setiap bab dalam kisah kita merupakan bagian dari hidup kita yang akan terus tertulis, dan akan selalu menjadi bagian dari diri kita
Setiap kisah merupakan bagian yang membentuk diri kita saat ini

Kini bab yang baru telah dimulai
Kisah yang lama telah usai
Lembaran baru telah siap untuk ditulis

Kita semua adalah penulis
Mari kita buat kisah hidup kita menjadi sebuah cerita tentang petualangan panjang yang luar biasa
Sehingga saat Sang Pencipta membaca kisah kita
Semoga Dia tersenyum, terhibur, dan bangga akan hidup kita

Tuesday, June 24, 2014

Penemuan terbesar dalam hidup gw

Kemarin gw menemukan sebuah terobosan yang akan merubah hidup gw secara drastis. Let me share my discovery


Selama belasan tahun gw mempunyai kebiasaan yang merupakan turunan dari orang tua gw yaitu kalo mau masak mie kuah pake telor, masak dulu telornya baru kalo udah agak mateng mienya dimasukin supaya kuning telor gak pecah. As long as I remember gw menjalani ritual itu kalo gw masak mie pake telor. Problemnya adalah kalo pertama kita masukin telornya maka suka berbusa dan bisa sampe meluap keluar. Untuk menjaga supaya gak meluap gw akan maenin apinya, kalo sudah mau tumpah gw kecilin. Kalo udah turun busanya gw gedein lagi. Cara kedua yaitu tiup busanya dan secara otomatis busanya masuk lagi ke air.

But then yesterday gw berpikir: "apa jadinya kalo gw masak dulu mie nya sampe agak mateng baru masukin telornya?"

Secara teori adalah saat mie sudah agak mateng gw gak perlu aduk-aduk lagi dan kalo gw ceplok telornya maka gw bisa bikin telornya gak overcooked. Hasilnya bahkan diluar dugaan. Karena air sudah cukup panas dan ada mie di bawahnya membuat telor gak berkerak di bawah panci. Yg kedua, yang merupakan penemuan terbesar adalah gak ada lagi busa yang meluap-luap keluar! This is really a lifesaver. Gw gak perlu lagi susah payah mengatur supaya busa gak keluar dari panci yang bisa mengotori kompor. Yang terakhir adalah gw bisa makan mie kuah dengan telor yang setengah matang. Kuning telor kental dan nikmat saat dipecahin membuat rasa dari mie dan kuahnya meningkat sangat drastis!


Kesimpulannya adalah: terkadang kita terjebak dalam sebuah kebiasaan/habitus yang kita bahkan gak tau sejak kapan kita melakukan hal itu. Kadang kebiasaan itu jelek atau tidak efektif (seperti memasak telor dulu baru mie), tapi kita terjebak karena kita sudah melakukannya tanpa berpikir. Otomatis saja kita lakukan.


Dalam hidup kita ada banyak hal-hal kecil yang bila kita ubah dapat mengubah seluruh hidup kita jadi jauh lebih baik, seperti gw membalik proses memasak mie dan telor maka kesulitan-kesulitan yang sebelumnya ada jadi hilang, bahkan ada bonus lebih yaitu rasa yang jadi lebih enak. Apa hal kecil yang bila diubah dapat merubah hidup u jadi jauh lebih baik?

Friday, June 20, 2014

Cinta

Cinta
Bila kau sumber bahagia,
Mengapa duka selalu bersamamu

Bila kau adalah angin sepoi,
Mengapa badai selalu datang menyusulmu

Bila kau mata air yg memberi kesejukan,
Mengapa dahaga menjadi sahabatmu

Aku hanya ingin hidup dalam cinta,
Mengapa kini aku derita

Bahkan sang pencipta yang datang dengan cinta
Harus berakhir dalam siksa

Cinta
Bila kau adalah kehidupan,
Mengapa kematian yang ku rasa

-OTS-