Masa sekolah dari gw kecil hingga hampir lulus kuliah merupakan masa yang sangat sulit untuk keluarga gw. Orang tua gw harus menghidupi 4 anak termasuk membayar uang sekolah yang jumlahnya gak manusiawi. Ditambah lagi sejak gw lahir keadaan ekonomi keluarga gw mulai jatuh.
Friday, August 30, 2013
Semua akan indah pada waktu-Nya.....oh really? Do you think so???
Masa sekolah dari gw kecil hingga hampir lulus kuliah merupakan masa yang sangat sulit untuk keluarga gw. Orang tua gw harus menghidupi 4 anak termasuk membayar uang sekolah yang jumlahnya gak manusiawi. Ditambah lagi sejak gw lahir keadaan ekonomi keluarga gw mulai jatuh.
Monday, August 26, 2013
Something new
Post kali ini singkat aja (niatnya sih tiap post singkat tapi kebiasaan tiap mulai ngetik gk bisa berenti dan ini aja menjelaskan sudah mulai melantur)
Anyway, pada kesempatan ini gw mau bercerita tentang "mencoba sesuatu yang baru"
Semua orang tau kalo gw ini pendiam, pemalu, dan sedikit introvert. Pengalaman baru bukan merupakan sesuatu yang menyenangkan.
Dulu setiap kali gw mau mencoba hal baru gw akan mencari temen untuk nemenin dulu. Abis sekali udah selanjutnya gw berani sendiri.
Kalo gw gk suka hal baru? Kenapa gw mau coba ya? Hmmm.....mungkin karena gw pengen tau aja sih....
Ya intinya sampe suatu hari gw memutuskan untuk keluar dari zona nyaman. Gw mencoba banyak hal baru dlm waktu singkat.
Pertama gw mencoba banyak persekutuan doa baru. Dalam seminggu gw mendatangi beberapa PD. Lalu gw jg mencoba melewati banyak jalan baru. Sebelumnya daerah kekuasaan gw cuma bojong, puri, permata buana. Paling jauh ke binus. Contoh satu lagi adalah gw ikut retret, dimana gw gak kenal seorang pun di retret itu!
The point is, mencoba sesuatu yang baru gak ada ruginya, kecuali nyoba hal-hal negatif misalnya narkoba. Dulu gw punya alasan super yang gak bisa dibantah dan dilawan untuk menolak mencoba hal baru. 1 kata: "males"
Berapa banyak kesempatan yang terbuang karena "males"
Berapa banyak pengalaman yang bermanfaat terlewatkan karena "males"
Berapa besar potensi diri kita terpendam makin dalam karena "males"
Prinsip gw saat ini adalah: "apa ruginya kalo gw coba?" Kalo gak ada ruginya kenapa gw harus gk mencoba? Dan akhirnya gw mencoba. Tapi gak segampang itu. Males itu bukan cuma dimulut. Saat gw menjalankan percobaan itu, rasa malas itu kerap kali menyerang.
"coba kalo gw di rumah aja ini pasti lebih enak. Lha sekarang malah kena macet."
"ngebosenin banget nih acaranya. Tau gitu gw gk usah ikut aja."
Memang gak semua hal yang gw coba bermanfaat. Kebanyakan gak akan gw coba lagi setelah nyoba sekali. Tapi gak akan ada pengalaman yang sia-sia. Gw gak akan bisa nulis blog ini kalo gw awalnya males mencoba menulis. Daripada malu nulis-nulis gak jelas. Mending kalo ada yang baca. Bla bla bla
Jadi, kesempatan apa yang sudah anda lewatkan karena males? Kesempatan apa lagi yang akan anda lewatkan karena males?
Tuesday, August 20, 2013
mencari pengalaman?
Kebanyakan anggota koor biasanya akan memanfaatkan waktu kosong sebaik mungkin untuk ngobrol ato maen hape saat pelatih sedang melatih bagian lain. Gw sendiri akan begitu, kecuali kalo emang bagian suara gw agak sulit dan gw belum lancar.
Dari kejadian sederhana tersebut gw mendapatkan contoh nyata seseorang yang mau belajar dan mencari pengalaman.
Dari salah satu buku yang gw baca, diajarkan kalo mau sukses dalam suatu karir, kita harus memberi lebih dari yang diharapkan. Dalam alkitab pun Yesus mengajarkan seperti itu. "Saat orang memaksa kita berjalan 1 mil bersamanya, berjalanlah 2 mil bersamanya". Namun contoh dari om itu merupakan pertama kalinya gw menyaksikan arti dari ajaran tersebut.
Sebelum di paduan suara ini, gw pernah tergabung dalam sebuah paduan suara yang lebih serius pada tahun 2004. Seberapa serius? Kita sering ikut perlombaan dan hampir selalu menang. Gw juga pernah bersama paduan suara itu ikut Choir Olympic di Xiamen. Cool right? Tapi kenyataan tidak sekeren itu. Hampir semua anggota jarang berlatih sendiri di rumah. Bahkan pelatih kami sering marah karena hal itu. Gw sendiri jarang sekali latihan di rumah karena lebih sering langsung bisa soalnya gw jenius...
Namun point yang mau gw angkat adalah, kebanyakan manusia sudah puas hanya dengan cukup. Jarang ada yang benar-benar berusaha untuk menjadi lebih baik.
Belum lama ini gw sedang ngobrol sama temen dan kita menyinggung soal pekerjaan. Sebagai anak yang baru lulus kuliah bila ditanya apa rencana setelah lulus biasanya orang akan menjawab kerja dulu sama orang untuk cari pengalaman, baru nanti buka usaha sendiri. Saat itu tanpa sadar gw nyeletuk: "Cari pengalaman ato cari duit? Cari pengalaman dapet bonus gaji atau cari gaji dengan bonus pengalaman?" Setelah itu gw bahkan kaget dengan kebijaksanaan gw sendiri karena pernyataan gw tersebut sangat bermakna :p
Cari pengalaman dengan bonus gaji berarti tujuan utama bekerja adalah mengumpulkan ilmu sebanyak-banyaknya, dan kebetulan kita dibayar untuk itu. Banyak buku tentang kesuksesan malah menyarankan biarpun tidak dibayar tidak masalah karena pengalaman itu sendiri lebih berharga. Tapi gw tau jarang ada orang yang punya mental seperti itu. Beberapa kali gw bekerja, gw merasa cukup dengan menyelesaikan tugas gw. Nggak juga sih biasa gw memberikan lebih dari yang diharapkan tapi gak banyak. Sebagai contoh: saat disuruh menyelesaikan 3 DVD, gw akan menyelesaikan 4 DVD. Tapi hanya sampai di situ. Saat gw seharusnya bisa menyelesaikan hingga 5 DVD, gw akan stop karena rugi gw donk gaji gk nambah tapi gw nyelesain DVD lebih banyak dari senior gw yang gajinya gede tapi cuma selesai 3. Mental "cari gaji dapat pengalaman" adalah seperti itu. Biasanya orang dengan mental ini bila ia bisa menyelesaikan sebuah pekerjaan dalam waktu 3 jam, dia akan buat jadi 5 jam. Soalnya kalo cepet-cepet selesai nanti dikasi kerjaan lain. Padahal kalo mau pengalaman, cara terbaik adalah menyelesaikan sebanyak-banyaknya pekerjaan yang bisa dikerjakan.
Dalam buku yang gw baca, diceritakan ada sebuah penelitian. Pada sebuah kelas pottery (bikin pot tanah liat gitu. gw lupa istilah indonesianya), para murid dibagi menjadi dua kelompok. Sebut saja kelompok A dan kelompok B. Kelompok A diberi tugas yaitu dalam waktu 3 hari setiap anak harus menyerahkan 1 pot terbaik mereka. Nilai diberikan sesuai dengan kualitas pot tersebut. Kelompok B diberi tugas yaitu dalam waktu 3 hari, mereka harus membuat sebanyak-banyaknya pot. Nilai akan diberikan sesuai total dari berat semua pot yang mereka buat.
Saat membaca cerita tersebut, gw berpikir kalo pot yang dihasilkan kelompok A akan lebih baik karena mereka hanya perlu membuat sebuah masterpiece. Jadi mereka bisa lebih fokus menyempurnakan karya mereka. Tapi ternyata hasil dari penelitian itu lain dari perkiraan. Justru pot terbaik berasal dari kelompok B. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah, kesempurnaan didapat dari banyaknya latihan dan usaha.
Kesimpulan yang gw dapet adalah, passion saja tidak cukup untuk menentukan kesuksesan. Kita harus punya sikap dan mental yang benar.
Gw yakin passion gw gk kalah dari om bas itu. Gw suka nyanyi. Bahkan gw kebanyakan gak dibayar untuk bernyanyi karena lebih untuk pelayanan. Tapi passion gw gak didukung dengan semangat untuk jadi lebih dan lebih baik lagi. Tapi gw akan cukup bila gw bisa menyanyikan bagian gw dengan baik, sedangkan si om ingin lebih banyak berlatih. Saat dia sudah bisa menyanyikan bagian bas dengan baik, dia ikut saat suara lain berlatih. Dengan cara tersebut sudah pasti si om mempunyai skill membaca not lebih baik karena ia membaca lebih banyak not daripada yang hanya belajar bagian suaranya.
Jadi, apakah saat ini anda sedang mencari pengalaman dengan bonus gaji, atau gaji dengan bonus pengalaman?
Thursday, August 15, 2013
15 Agustus: Hari St. Tarsisius, Santo Pelindung Misdinar
Berikut ini cerita singkat Santo Tarsisius:
Pada masa itu agama Katolik kayak dilarang gitu jadi penganutnya harus diam-diam merayakan ekaristi. Suatu hari Tarsisius memberanikan diri untuk nganterin Hosti untuk orang-orang Katolik yang dipenjara karena katanya mereka rindu menyambut Tubuh Kristus, tapi imam sendiri mukanya udah terkenal jadi bisa gawat kalo beliau yang nganterin. Jadi Tarsisius mengajukan diri soalnya karena dia kecil kan juga jadinya gak mencurigakan.
Dalam perjalanan, Hosti itu disembunyiin dalem baju, tapi trus temen-temennya yang bukan Katolik ngeliat Tarsisius yang gerak-geriknya mencurigakan seperti menyembunyikan sesuatu. Lalu mereka mengepung Tarsisius dan mengancam supaya Tarsisius ngasih liat apa yang diumpetin.
Singkat cerita Tarsisius dibully tapi dia tetep bertahan melindungi Hosti tersebut sampe sekarat. Dia sempet diberi perawatan tapi akhirnya meninggal juga.
Kurang lebih begitu ceritanya. Kalo mau lebih lengkap silakan google sendiri :D
Santo Tarsisius, seorang Martir 'kecil' dengan iman yang besar, harus mati karena melindungi iman dari godaan teman seumurannya. Jaman sekarang pun setiap hari mungkin kita harus terus melindungi iman kita dari orang-orang sekitar kita, malah mungkin dari teman kita sendiri seperti kisah Santo Tarsisius. Akan jadi pertanyaan kalo kita sendiri gak tau iman apa yang kita lindungi.
Kita hidup di masa damai. Memang masih ada ancaman 'kecil' sebagai golongan minoritas. Mungkin juga konsekuensi iman kita gak separah jaman Santo Tarsisius yang sampe harus mati. Tapi menurut gw masa seperti ini yang menjadi bahaya karena kita akan menjadi lebih rileks yang menyebabkan 'pertahanan iman' kita menghilang.
Gw bukan bicara tentang mempertahankan supaya kita tetap beragama Katolik karena beragama bukan berarti beriman.
Berapa banyak orang beragama tapi gak beriman?
Berapa banyak orang merayakan ekaristi tapi 'gak percaya' akan kehadiran Tuhan dalam wujud roti kecil?
Berapa banyak orang beragama yang selalu berkompromi dengan dosa, bahkan mencari-cari celah dari kebenaran?
Gw banyak menemukan orang yang setengah-setengah menjalani agama menganggap ajaran agama seperti peraturan tata tertib sekolah yang boleh dilanggar kalo gak ketahuan.
Ngomong-ngomong soal tata tertib sekolah, selama SMA gw selalu dapet nilai A untuk sikap karena gw gak pernah melanggar aturan......dan ketahuan. huehuehue. Gw jago menyelamatkan diri dari aturan karena gw tau semua daftar pelanggaran jadi gw bisa mencari celah.
Saat gw gak melihat aturan sekolah itu berguna, bahkan aturan itu cuma karena sekolah gak suka liat muridnya seneng, saat itu pula fokus gw bukan melihat nilai dibalik aturan melainkan cuma supaya gak ketauan melanggar dan dapat nilai A untuk sikap dan keliatan jadi anak baik.
Sama kayak aturan berkendara di jalan raya akhirnya banyak dilanggar karena orang gak peduli lagi kenapa aturan itu dibuat. Aturan di jalan sebenarnya dibuat supaya tingkat kecelakaan berkurang, tapi sebenernya ngelanggar-langgar dikit gak kenapa-kenapa koq. Tapi dari melanggar dikit-dikit gak kenapa-kenapa akhirnya jadi kebiasaan. Selama gak ada polisi kenapa gw harus nurut aturan lalu lintas.
Sama dengan aturan dan perintah agama. Gw menemukan bahwa aturan agama Katolik semua punya maksud dan tujuan. Bukan dibuat untuk menyusahkan ato cuma aturan belaka. Tapi saat orang gak lagi peduli akan nilai dibalik aturan, maka niat untuk taat gak lagi ada, yang ada malah mencari pembelaan.
Misal contoh paling gampang: pornografi dan masturbasi yang katanya dosa, tapi orang-orang akan beralasan: daripada gw perkosa orang mending gw masturbasi aja. Toh gak merugikan siapa-siapa. Bahkan pake bawa-bawa alasan secara medis kalo masturbasi itu baik untuk kesehatan bla-bla-bla. Padahal kalo ditarik kebelakang, kebohongan seksual itu merupakan penyebab awal manusia jatuh dalam dosa (berdasarkan Teologi of the Body tapi karena gw bukan ahlinya jadi gw gak mau sok-sok ngejelasin)
Kembali soal iman, apakah kita punya iman? Ataukah kita cuma menjalankan ajaran agama secara buta dan fanatik tanpa mengerti sama sekali akan iman kita? Banyak orang Katolik yang gw kenal akan sangat tersinggung kalo agama, atau Tuhannya disinggung. Tapi ditanya soal ajaran agama gak tau. Bahkan masih cari-cari celah untuk dosa. Apakah itu iman?
Dari kisah Santo Tarsisius, bahkan seorang anak kecil pun tau arti suci dari Tubuh Kristus dalam rupa roti, bahkan rela melindungi roti itu dengan nyawanya. Masi adakah iman itu untuk masa kini terutama untuk generasi muda?
Sedikit curhat ya. gapapa donk ini kan blog gue! hahaha
sejak kecil gw sudah mencari kebenaran. Sejak kecil gw suka belajar alkitab. Dari SMP gw sudah ikut persekutuan doa orang-orang tua sendirian karena gw suka mendengar pembahasan tentang alkitab. Tumbuh sebagai anak yang 'freak' kayak gitu merupakan tantangan sendiri. Di saat anak seumuran gw cuma ke gereja seminggu sekali dan sehari-hari di sekolah nyontek, gw menjadi agak tersingkir dan dianggap makhluk langka. Pada saat itu gw bener-bener merasa kalo iman gw harus dilindungi mati-matian. Antara gw menjadi sama kayak anak-anak lain yang ke gereja seminggu sekali sambil maen hape, atau gw mendalami agama gw.
Dan yang lebih parah adalah, saat gw yang sudah dicap sebagai orang suci (bahasa yang lebih baik daripada sok suci) melakukan kesalahan maka akan menjadi bahan untuk menyerang gw. Katanya anak baik koq begitu. Ah percuma lu tiap hari ke gereja sendirinya masih begitu. Dan sejenisnya. Pasti taulah gimana.
Tapi menurut gw itulah iman. Semakin banyak gw mencari, semakin banyak gw menemukan, dan semakin gw sadar kalo hal itu gw tinggalkan maka gw akan rugi banyak.
Saat lu sudah mengetahui kebenaran, akan berasa bego banget saat lu menyangkal hal itu. Dan gw sering menyangkal kebenaran itu dan merasa bodoh, tapi gw akan selalu bangkit lagi karena dalam hati gw gak bisa menyangkalnya
ini kisahku? mana kisahmu?
Selamat Hari Santo Tarsisius untuk semua Misdinar di seluruh Dunia~!!!! God Bless Us!!!