Friday, June 14, 2013

Agama dan Pelarian

Dulu gw berpikir selama gw mengikuti ajaran agama dan mencontoh hidup Yesus Kristus, gw akan menjadi orang yang baik. Ternyata gak semudah itu.

'guru' spiritual gw, Anthony De Mello, dalam bukunya pernah menulis kira-kira begini "agama memberikan orang sebuah pelarian dari pencarian diri"

gw bukan pakar spiritual, tapi yang gw mengerti adalah tujuan dari spiritual adalah mencapai kesadaran yang tak kunjung henti. Bingung? Maksudnya adalah setiap gerakan yang kita lakukan harus dilakukan dengan sadar. Contoh ekstrimnya adalah gini, kalo lu masuk rumah dan ngelepasin sepatu, u harus inget tadi u ngelepas sepatu kiri atau kanan dulu. Bingung? hahaha

Dengan digabungkan dengan ajaran dari 'guru' gw yang lain, gw menarik kesimpulan bahwa kesadaran tak kunjung henti berarti kita menyadari apa yang sedang terjadi dalam diri kita, dalam pikiran kita, dalam emosi, dan yang paling penting dalam KETIDAK SADARAN KITA, yaitu alam bawah sadar.

Banyak teori mengatakan setiap hari kita sebenarnya dikendalikan oleh alam bawah sadar. Ada yang bilang alam bawah sadar mengendalikan 90% dari hidup kita, ada yang bilang 95%, ada yang 70-80an. Intinya adalah sebagian besar dari kita bergerak bukan karena pikiran kita, tapi dari apa yang gak kita pikir alias kita hidup tapi sebenernya ada "hal lain" yang menggerakkan kita. Kira-kira kayak maenan the sims lah. Si sims itu seakan hidup tapi sebenernya kita yang kasih kontrol.

Bahkan Anthony De Mello juga bilang sebagian besar manusia (dan sangat besar) hidup di dunia dari lahir sampe mati tak sekalipun pernah 'terbangun dari tidur'. Mungkin maksudnya karena selama hidup, mereka bergerak kayak robot. Mungkin loh soalnya seperti yang gw bilang dunia spiritual itu penuh misteri.

Trus apa hubungannya sama statement gw di awal bahwa agama menjadi pelarian dari pencarian diri?
Maksud gw adalah dengan kita berusaha mengikuti ajaran agama, apa yang baik dan apa yang benar, kita jadi tidak perlu memahami diri kita sendiri. Hanya perlu 'mengimitasi' sosok Yesus.

Apa itu salah? Menurut gw itu gak salah tapi itu gak akan berhasil karena "apa yang kita sadari dapat kita ubah, apa yang tidak kita sadari gak dapat kita ubah"

Sebelum kita berlanjut, gw mau cerita sedikit tentang pengalaman gw. sedikit koq XD

Sejak kecil gw sudah aktif di gereja. Sejak kecil gw sudah dengan kesadaran sendiri belajar alkitab. Tanpa dorongan orang, gw datang ke persektuan doa cuma karena gw tertarik dengan pengajaran alkitab. yeah gw sudah aneh sejak kecil....

Agama memberikan kita suatu 'standar' orang suci, dan sebagai orang yang mendedikasikan hidup gw untuk agama, gw berusaha mengikuti standar itu. Untuk beberapa saat, semua berjalan dengan baik. Gw merasa sebagai orang suci. Tapi gak berjalan lama. Gw kembali jatuh dalam dosa lama, emosi-emosi lama, dan selalu berulang dan berulang. Dan yang gw pahami adalah, gw kurang cukup suci. Gw kurang cukup berdoa. Gw kurang cukup baca firman. Gw berdosa.

Singkat cerita gw baru menyadarinya sekarang bahwa cara seperti itu salah karena dengan cara itu, gw gak menyadari sumber masalahnya sehingga gw gak menemukan solusi yang tepat.

Setiap dari kita punya 'trojan horse' dalam diri kita yang membuat kita selalu jatuh dan sulit untuk berubah menjadi lebih baik. Kita harus pertama-tama menemukan masalah itu.

Biasanya gw menjelaskan perumpamaan ini ke orang, misalnya ada 2 orang. si Amin dan si Budi. Kalo gw menghina si Amin dengan hinaan "babi lu min", si amin dengan cool menjawab "mana ada babi ganteng kayak gw"
Tapi trus gw menghina si Budi sama seperti si amin "Babi lu bud", seketika kepalan mendarat di perut gw dan u bisa melihat si Budi mukanya memerah karena emosi.

Apa yang membedakan si Amin dan si Budi? Si Budi memiliki 'sesuatu' dalam dirinya, dalam alam bawah sadarnya, yang bereaksi terhadap hinaan 'babi lu', sedangkan Amin gak ada 'sesuatu' yang bereaksi terhadap itu.

Sesuatu itulah yang pertama-tama harus ditemukan sehingga Budi baru bisa menemukan solusi untuk menyembuhkan masalah emosinya. Tapi misalnya Budi juga seperti gw yang memiliki panutan standar orang suci seperti gw, Budi akan 'membunuh' dirinya sendiri dan mengubur 'sesuatu' itu dalam-dalam. Dan semakin dalam dia dikubur, semakin dia mengontrol diri Budi. Semakin dia menggerogoti diri Budi.

Kebanyakan dari kita akan hopeless ketika berusaha untuk berubah dan tidak berhasil. Permasalahannya mungkin karena kita merasa masalah itu berasal dari luar diri kita sehingga hal itu diluar kendali kita. Tapi saat kita sadar kalau masalah itu berasal dari dalam diri, maka hal itu bisa diubah. Seperti kata orang bijak "kita gak bisa merubah orang lain, yang bisa kita ubah adalah diri kita sendiri"

Biar gimana pun gw setuju kalo kita semakin hari harus semakin menyerupai Kristus, tapi bukan dengan lari dari pencarian diri kita, tapi dengan memahami diri kita lebih baik lagi, menerima semua hal positif dan negatif yang ada sebagai bagian dari diri kita, dan maju ke arah yang lebih baik.

Mungkin ada yang mau menyangkal dengan tanggapan "tapi kan di alkitab diajarkan kita harus menyangkal diri"
ini jawaban gw: menyangkal diri bukan membunuh 'diri'. Menyangkal diri adalah dengan pertama-tama kita harus tau 'diri' kita sendiri, kemudian menyangkal bila hal itu negatif. Misalnya contoh gw sendiri

gw sadar sekarang kalo gw sudah mulai ngantuk, mood gw bisa jelek. Sering kali saat gw ngantuk, gw akan nyari masalah sama orang-orang. Tapi dulu gw gak tau kalo itu terjadi kalo gw ngantuk aja. Gw cuma tau kalo gw lagi bete, dan saat bete, gw cenderung merusak sesuatu, biasanya relasi gw rusak. asik kan. hoho
Sejak gw menyadari diri gw sendiri, yaitu kalo gw ngantuk bisa bete, gw bisa 'berhenti' sejenak saat gw merasa mood gw sedang rusak karena gw ngantuk dan gw mau menghancurkan sesuatu dan gw menyangkal diri gw dengan berkata pada diri sendiri "not cool man, cuma gara-gara ngantuk u lepas kendali dan nyari ribut sana sini"


Gw akan menutup Post ini dengan sebuah cerita dari guru spiritual gw



Guru

"Di manakah saya akan menemukan Guru yang pantas, jika saya kembali ke negara saya?"

"Tak sedetik pun lewat tanpa kehadirannya."

Murid itu bingung.

"Kamu hanya perlu mengamati bagaimana dirimu bereaksi terhadap segala sesuatu - burung, daun, air mata, senyuman - maka kamu membuat segala sesuatu menjadi Gurumu."




enjoy~

No comments:

Post a Comment